Pendapatan
nasional
1. Pengertian pendapatan nasional
Pendapatan Nasional adalah Pendapatan
yang dihasilkan suatu negara dalam 1 tahun atau suatu periode tertentu yang
berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang tersedia. Pendapatan
Nasional dapat dijadikan indikator kemampuan dan kualitas sumberdaya yang dimiliki
suatu negara. Semakin besar sumberdaya suatu negara, maka relatif besar pula
Pendapatan Nasional-nya. Sumberdaya disini tidak hanya terbatas Sumberdaya
Alam, tapi juga termasuk Sumberdaya Manusia. Contohnya Jepang walaupun
Sumberdaya Alam sedikit akan tetapi Sumberdaya Manusia yang unggul membuat
Pendapatan Nasional-nya tinggi.
Data
Pendapatan Nasional suatu negara diperlukan untuk mengetahui tingkat kemakmuran
masyarakat suatu negara dan juga untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun. Selain itu data Pendapatan Nasional juga diperlukan
untuk mengetahui struktur ekonomi suatu negara. Data Pendapatan Nasional
ini tentu akan mempermudah pemerintah dalam mengambil kebijakan ekonomi
baik negara maupun daerah.
Pendapatan
Nasional dapat dikelompokkan dalam beberapa sektor usaha, yakni sebagai
berikut:
a. Sektor Agro dan Kelautan; terdiri
dari sub-sektor pertanian, sub-sektor perkebunan, sub-sektor
peternakan, dan sub-sektor perikanan.
b. Sektor Pertambangan; terdiri
dari sub-sektor pertambagan migas dan sub-sektor pertambangan
non-migas.
c. Sektor Kekayaan Alam lain; terdiri
dari sub-sektor air, sub-sektor tanah, dan lain sebagainya.
d. Sektor Industri; terdiri
dari sub-sektor industri besar dan sub-sektor industri UKM
e. Sektor Pariwisata; terdiri
dari sub-sektor hotel, sub-sektor restoran, dan sub-sektor
tempat wisata.
f. Sektor Perhubungan; terdiri
dari sub-sektor transportasi udara, sub-sektor transportasi laut,
dan sub-sektor transportasi darat.
g. Sektor Properti.
h. Sektor Distribusi Barang.
i. Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
j. Sektor Jasa Lain.
2.
Konsep pendapatan
negara
Masih ingatkah kamu, bahwa tolak ukur yang paling baik untuk menunjukkan
keberhasilan ekonomi suatu negara adalah pendapatan nasional (produksi
nasional), tingkat kesempatan kerja, tingkat harga barang, dan posisi neraca
pembayaran luar negeri, serta pendapatan per kapitanya.
Jika faktor-faktor yang memengaruhi tersebut menunjukkan posisi yang
sangat menguntungkan atau positif, maka tingkat keberhasilan atau tingkat
kemajuan ekonomi suatu negara akan mudah tercapai. Dari berbagai tolak ukur
tersebut, yang menjadi pokok bahasan kali ini adalah pendapatan nasional
(national income) atau produksi nasional (national product).
Bila kita lihat kembali pada materi pokok tentang arus lingkaran kegiatan
ekonomi, rumah tangga konsumsi menyerahkan jasa faktor produksi kepada
perusahaan dan mereka akan menerima pendapatan berupa sewa sebagai balas jasa
tanah, upah dan gaji sebagai balas jasa tenaga, bunga sebagai balas jasa modal,
dan laba usaha atau keuntungan sebagai balas jasa pengusaha. Jadi semua
pendapatan sebagai balas jasa atas penyerahan faktor produksi disebut
pendapatan nasional.
1.
PDB/GDP
(Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama
satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang
bersangkutan
2.
PNB/GNP
(Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk
didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang
berada di luar negeri.
Rumus
GNP = GDP – Produk netto terhadap
luar negeri
3.
NNP (Net
National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam
periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang
pengganti modal.
Rumus :
NNP = GNP – Penyusutan
4.
NNI (Net
National Income)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat
setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax)
Rumus :
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
5.
PI
(Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang
benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan,
iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer
payment.
Rumus :
PI = (NNI
+ transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social +
Pajak perseorangan )
6.
DI
(Disposible Income)
DI adalah
pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh
penerimanya.
Rumus :
DI = PI – Pajak langsung
3.
Perputaran roda perekonomian
- Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya dihitung
berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut, yakni seberapa besar GDP
negara bertambah secara ril dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini dihitung
dengan cara membagi nilai dari output suatu sektor ekonomi pada tahun tertentu
dengan nilai output sektor tersebut pada tahun sebelumnya dan dikali 100 %
kemudian dikurangi 100. Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti
pendapatan masyarakat juga akan mengalami
pertumbuhan
yang tinggi, terlepas dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang
menerima pendapatan tersebut.
Untuk
dapat memahami lebih dalam tentang GDP perhatikan Lampiran 1.1. GDP Indonesia
menurut lapangan usaha berdasarkan harga yang berlaku dan harga konstan.
- Pengeluaran
Agregat (Aggregate Spending)
Seperti
diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari sisi pengeluaran aggregate
(Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu negara. Pengeluaran aggreaget
ini sama dengan Permintaan Agregat karena konsekuensi dari permintaan adalah
adanya pengeluaran oleh rumah tangga, investor, pemerintah dan eksportir untuk
membeli barang dan jasa. Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat
komponen, yaitu:
a.
pengeluaran konsumsi rumah tangga,
b.
pengeluaran invesatasi oleh pengusaha (bisnis),
c.
pengeluaran pemerintah, dan
d.
permintaan luar negeri.
Berikut
akan diuraikan satu persatu dari komponen Agregat Demand atau Agregat Spending
tersebut.
o Pengeluaran
Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat
yaitu berupa permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan penting dalam
perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan output dan
pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan
GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total GDP. Konsumsi dapat dibagi
atas tiga kategori yaitu barang tanah lama (durable goods) seperti mobil,
barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan jasa (services). Dari sisi asal
barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri terdiri
dari barang produksi dalam negeri dan barang /jasa yang diproduksi oleh negara
lain yang diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import ini harus
dikeluarkan dari angka GDP.
o
Pengeluaran Pemerintah
Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah adalah
semua pengeluaran pemerintah yang diperlukan agar roda pemerintahan dapat
berjalan dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam Anggaran
Belanja dan Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli oleh
pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada
barang konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada
umumnya adalah gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun (transer of
payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut bukan merupakan
pembelian terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi.
o
Pengelauran Investasi
Investasi
adalah tambahan terhadap akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah
dengan perobahan persediaan (inventory changes). Tetapi transaksi saham tidak
termasuk dalam penambahan stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa
meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa
mendatang. Contohnya adalah pembelian barang investasi, peralatan, dan
pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut dihitung sebagai konsumsi.
o
Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen terakhir dari GDP adalah net export yaitu
selisih antara export dan import (X – M). Export merupakan GDP dari dalam
negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi di dalam negeri,
tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan dibeli atau
dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing sedangkan
import adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara
asing.
4.
Metode perhitungan pendapatan
nasional
Metode
perhitungan Pendapatan Nasional dapat dibagi menjadi 3 metode perhitungan,
yakni:
·
Metode
Produksi
Metode
Produksi menjelaskan bahwa Pendapatan Nasional diperoleh dari jumlah nilai
produksi sektor produktif yang dihasilkan seluruh Warga Negara didalam suatu
negara dalam periode 1 tahun. Hasil dari perhitungan Metode Produksi dikenal
dengan Produk Domestik Bruto (GDP).
Secara Matematis Metode Produksi dapat dijadikan persamaan sebagai berikut:
dimana:
Pq
= Harga Produk
Qn
= Produk Masing-masing Sektor
·
Metode
Pendapatan
Metode
ini menjelaskan bahwa Pendapatan Nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan yang diterima dari faktor-faktor produksi. Perhitungan
ini terdiri dari variabel-variabel faktor produksi, yakni Upah (W), Modal Bunga
(i), Sewa (R), dan Kemampuan menghasilkan profit (P). Hasil penjumlahan
ini disebut dengan Pendapatan Nasional Netto (NNI)
Secara Matematis Metode Pendapatan dapat dijadikan persamaan sebagai berikut:
·
Metode
Pengeluaran
Metode ini menjelaskan bahwa Pendapatan Nasional diperoleh dengan
menjumlahkan pengeluaran terhadap barang dan jasa yang diproduksi di suatu
negara. Metode ini terdiri RT Konsumen (C), RT Swasta (I), RT Pemerintah (G),
dan Export Netto (X-M). Hasil penjumlahan ini disebut
dengan Produk Nasional Bruto (GNP).
Secara Matematis Metode Pengeluaran dapat dirumuskan menjadi
persamaan sebagai berikut:
-
PENDAPATAN
NASIONAL SEBAGAI ALAT PEMBANDING PERTUMBUHAN EKONOMI
Dari
data Pendapatan Nasional dari tahun ke tahun tentu dapat diketahui tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Untuk dapat mengetahui perbandingan pertumbuhan
ekonomi dapat dicari dengan rumus:
dimana:
GNPn
= GNP tahun ini
GNPn-1
= GNP tahun lalu
-
PENDAPATAN
NASIONAL SEBAGAI ALAT ANALSIS TINGKAT KEMAKMURAN
Tingkat
kemamuran dapat dilihat dengan membandingkan antara presentase pertumbuhan
ekonomi dengan presentase pertumbuhan penduduk. Tingkat kemakmuran dapat
dirumuskan:
PENDAPATAN
NASIONAL SEBAGAI ALAT ANALSIS PENDAPATAN PERKAPITA
Pendapatan Perkapita dapat dirumuskan dengan:
5.
Masalah keterbatasan perhitungn
PDB
Perhitungan
PDB dan Analisis Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas
tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah
penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai angka PDB per kapita. Biasanya makin
tinggi angka PDB per kapita, kemakmuran rakyat dianggap makin tinggi.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak terlalu
memerhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang
memberikan gambaran yang lebih rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.
Perhitungan
PDB dan masalah kesejahteraan sosial
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat
digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Ada
hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial
makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika
sederhana. Jika PDB per kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat,
kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik, sehingga gizi,
kesehatan, pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan dan masa depan, kondisinya
makin meningkat. Hanya saja, logika di atas baru dapat berjalan bila
peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak
diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang
dianggap memenuhi kebutuhan fisik/materi yang dapat diukur dengan nilai uang.
PDB tidak menghitung output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan
batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma
agama/spiritual. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan
oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin/spiritual.
PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB per kapita
dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu negara. Untuk memperoleh
perbandingan produktivitas antarnegara, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan:
1.
Jumlah
dan komposisi penduduk: Bila jumlah penduduk makin besar, sedangkan
komposisinya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan
berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat
makin baik.
2.
Jumlah
dan struktur kesempatan kerja: Jumlah kesempatan kerja yang makin besar
memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi.
Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas.
3.
Faktor-faktor
nonekonomi: Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika
kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan.
Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak
Tercatat (Underground Economy)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh
Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena
itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu
negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat dalam
statistik PDB. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual
produknya ke pasar. Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan
pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan
ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di
negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat bukan karena
kelemahan administratif, melainkan karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan
ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya,
kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.
Sumber:
-